Siapa saja bisa memotret. Dengan tambahan pikiran kreatif dan kerja
keras, kita dapat menciptakan gambar hebat yang menunjukkan segenap
kreasi dan interpretasi terhadap apa yang dilihat dan dijepret. Nah,
seni mengabadikan gambar dengan menggunakan kamera di sebut dengan
Fotografi. Fotografi berasal dari bahasa Latin yaitu: photos adalah cahaya, sinar. Sedang graphein berarti
tulisan, gambar atau disain bentuk. Jadi, fotografi secara luas adalah
menulis atau menggambar dengan menggunakan cahaya. Gambar mati atau
lukisan yang didapat melalui proses penyinaran dengan menggunakan
cahaya. Karena dalam membuat gambar kita menggunakan alat yang disebut
kamera, maka sudah tentu kita harus benar-benar menguasai alat tersebut
juga termasuk beberapa teknik dasarnya.
Dalam menggunakan kamera kita mengenal apa yang disebut dengan:
Fokus
Fokus adalah titik api.
Rana
Kecepatan Rana adalah tirai yang bergerak turun naik di dalam kamera
yang berfungsi untuk mengatur berapa lama film hendak disinari. Rana
memiliki satuan dengan nomor: B-1-2-4-8-15-30-60-125-250-500-1000-2000.
Besar kecilnya satuan rana dapat ditentukan sendiri dengan mengatur
besar dan kecilnya satuan rana serta besarnya diafragma.
Ada beberapa rana dalam kamera. Diantaranya rana celah dan rana
pusat. Rana celah ada dua yaitu: Rana celah vertical dan horizontal.
Keduanya terletak di bagian dalam kamera. Dia bertugas menutup tirai dan
mengikuti fungsinya. Rana vertial menutup secara vertikal dan yang
horizontal menutup secara horizontal. Sedang Rana pusat adalah, Rana
yang terletak pada lensa letaknya berdampingan dengan diafragma dan
menutupnya dengan cara memusat.
Diafragma
Diafragma adalah lubang dalam lensa kamera tempat cahaya masuk saat
melakukan pemotretan. Diafragma memiliki beberapa ukuran atau satuan
angka. Setiap lensa mempunyai perbedaan bukaan diafragma masing-masing.
Biasanya, ukuran diafragma dimulai dengan 2,8 – 4 – 5,6 – 8 – 11 – 16 –
22. Besar kecilnya bukaan diafragma yang kita pilih menghasilkan foto
yang berbeda. Bukaan diafragma kecil akan menghasilkan ruang yang luas.
Sedang bukaan diafragma besar akan membuat ruang tajam sempit (Blur).
Atau mudahnya, diafragma artinya bukaan lensa. Efeknya, makin besar
bukaan, maka makin besar kecepatan yang dibutuhkan, speed makin tinggi.
Efek lainnya, makin besar bukaan, makin sempit ruang tajamnya, artinya
makin besar efek blur untuk daerah diluar ruang tajam yang fokus.
Banyak cara dan tujuan penggunaan/pemilihan diafragma, yang antara
lain akan jelas mempengaruhi konteks dari foto yg kita buat. Misalkan,
untuk memotret landscape, dengan memakai kamera apapun, coba
setel ke diafragma paling sempit (angka paling besar) yang mungkin
dicapai, lalu diimbangi dengan penyetelan lama waktu bukaan seperlunya
(perhatikan light meter). Tapi khususnya untuk pemotretan malam, kadang
kita tidak bisa mencapai bukaan paling sempit karena terbatas waktu
bukaan shutter yang tidak bisa terlalu lama, apalagi di kamera
prosumer yang biasanya terbatas hanya 13 detik maksimum. Untunglah untuk
kamera digital prosumer hal ini tidak masalah. Dengan ukuran sensor
yang jauh lebih kecil daripada satu frame film 35mm maka ruang tajam
tetap cukup luas, walaupun diafragma disetel ke f/3.5 misalnya. Dan,
semuanya tergantung bagaimana foto akan kita buat.
Pencahayaan
Pencahayaan adalah proses menyinari film dengan cahaya yang datang
dari luar kamera dengan mengontrol besarnya diafragma dan kecepatan.
Dalam pencahayaan, bukaan diafragma menentukan intensitas cahaya yang
diteruskan film. Sedangkan kecepatan rana menentukan jangka waktu
transmisi sinar.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menentukan kombinasi yang
tepat antara bukaan diafragma dengan kecepatan. Salah satunya dengan
memilih prioritas diafragma. Maksudnya, pemotret bisa memilih berapa
besar bukaan diafragma yang akan digunakan. Setiap bukaan diafragma yang
dipilih akan membuat hasil gambar yang berbeda. Bila pemotret memilih
menggunakan rana tinggi, maka itu berguna untuk menghentikan aksi.
Sedang rana rendah akan membuat aksi kabur. Sedang untuk mengambil
gambar di tempat dengan cahaya yang kurang maka untuk mengatasinya yang
dilakukan oleh fotografer adalah memakai film dengan kecepatan tinggi.
Misalnya Iso 400, 600, 800 atau Iso 1600.
Cara untuk mengukur pencahayaan biasanya ada di setiap kamera. Untuk
mengukur cahaya agar sesuai, kita bisa mensiasatinya dengan cara
mengukur telapak tangan atau mendekatkan kamera kita sekitar 30 cm dari
objek. Maka, kita akan mendapatan pencahayaan yang sesuai. Untuk
mendapatkan cahaya yang baik dalam pemotretan biasanya kita akan memilih
memotret pada jam 08.00-10.00 dan 16.00-18.00. Biasanya dalam waktu
ini, cahaya dalam kondisi yang baik, dan tak terlalu keras.
Dalam pencahayaan ada beberapa teknik yang harus diperhatikan. Diantaranya:
Penerangan depan: Sumber cahaya berasal dari depan objek. Cahaya ini akan menghasilkan gambar yang datar.
Penerangan belakang: Sumber cahaya berasal dari belakang objek. Dengan sumber cahaya yang seperti ini maka objek yang kita ambil menjadi shiluette (hitam). Pemotretan dengan sumber cahaya dari belakang dilakukan bila kita ingin membuat sebuah foto shiluete.
Penerangan Samping: Pemotretan dengan memakai sumber cahaya
dari samping membuat objek yang kita ambil akan nampak tegas. Biasanya
cahaya ini berasal dari tambahan penerangan lain seperti lampu, blitz
dan lain sebagainya.
Lensa
Lensa adalah alat yang terdiri dari beberapa cermin yang berfungsi
mengubah benda menjadi bayangan, terbalik dan nyata. Lensa terletak di
depan kamera. Ada beberpa jenis lensa. Lensa normal, lensa lebar (wide)
dan lensa panjang atau biasa disebut dengan lensa tele. Lensa normal
berukuran fokus sepanjang 50 mm atau 55 mm untuk film berukuran 35 mm.
Sudut pandang lensa ini hampir sama dengan sudut pandang mata manusia.
Selain lensa lebar, ada juga lensa tele. Lensa lebar bisanya
mempunyai lebar fokusnya 16-24mm. Lensa ini cocok untuk mengambil gambar
pemandangan. Lensa tele adalah lensa yang memiliki focal length panjang.
Lensa ini dapat digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek dan
dapat menghasikan prespektif wajah yang mendekati aslinya. Lensa ini
biasanya berukuran 85mm, 135mm dan 200mm.
Bisanya fotografer menggunakan lensa sesuai dengan kebutuhannya. Bila
ingin memotret benda atau objek yang dekat, atau memotret pemandangan,
biasanya mereka menggunakan lensa normal atau lensa dengan sudut lebar.
Namun bila fotografer ingin mengabadikan sebuah moment tertentu dengan
jarak yang jauh, biasanya mereka menggunakan lensa tele. Dengan
demikian, mereka tak perlu repot untuk membidik objek, dan kerja mereka
akan semakin mudah.
Selain lensa normal dan lensa tele, ada juga jenis lensa lainnya yang biasa disebut dengan lensa variasi atau lensa special (special lense). Biasanya lensa ini digunakan untuk keperluan tertentu. Contohnya fish eye lens
(lensa mata ikan – 180 derajat). Memotret dengan lensa ini fotografer
akan memperoleh hasil yang unik. Namun, lensa ini tidak berfungsi untuk
menyaring sesuatu kecuali mengubah pandangan guna mencapai hasil yang
menyimpang dari pemotretan biasa.
Bila fotografer ingin mengambil objek dengan ukuran kecil atau
pemotretan berjarak dekat (mendekatkan pemotret ke objek), umumnya lensa
yang dipakai adalah lensa makro. Lensa ini biasanya juga dipakai untuk
keperluan reproduksi karena dapat memberikan kualitas prima dan distorsi
minimal. Misalnya: untuk memotret bunga, serangga, dll.
Selain peralatan, untuk menghasilkan sebuah foto yang baik kita juga
harus memperhatikan beberapa hal diantaranya: Komposisi, cahaya, garis,
bentuk, tekstur, rupa, warna dan vertical atau horizontal.
Komposisi
Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest).
Dengan mengatur komposisi foto kita juga dapat dan akan membangun
“mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek. Berbicara
komposisi maka akan selalu terkait dengan kepekaan dan “rasa” (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya untuk melatih kepekaan kita agar dapat memotret dengan komposisi yang baik.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik. Diantaranya:
Sepertiga Bagian (Rule of Thirds). Pada aturan umum
fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama.
Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada
sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang umum
dilakukan, di mana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang
foto.
Sudut Pemotretan (Angle of View). Salah satu unsur yang
membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut
pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka
dari itu, jika kita ingin mendapatkan satu moment dan mendapatkan hasil
yang terbaik, kita jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai
sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek),
kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping
sampai kepada sudut yang ekstrim.
Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve.
Di dalam pemotretan Nature, pola garis juga menjadi salah satu unsur
yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini dibangun dari perpaduan
elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto. Misalnya pohon,
ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah dan
lain-lain. Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya
diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat
komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku.
Background (BG) dan Foreground (FG). Latar belakang dan
latar depan adalah benda-benda yang berada di belakang atau di depan
objek inti dari suatu foto. Idealnya, BG dan FG ini merupakan pendukung
untuk memperkuat kesan dan fokus perhatian mata kepada objek. Selain
itu juga “mood” suatu foto juga ditentukan dari unsur-unsur yang ada
pada BG atau FG. BG dan FG, seharusnya tidak lebih dominan (terlalu
mencolok) daripada objek intinya. Salah satu caranya adalah dengan
mengaburkan (Blur) BG dan FG melalui pengaturan diafragma.
Beberapa teknik sudut pengambilan sebuah foto, yaitu:
Pandangan sebatas mata (eye level viewing); paling umum,
pemotretan sebatas mata pada posisi berdiri, hasilnya wajar/biasa, tidak
menimbulkan efek-efek khusus yang terlihat menonjol kecuali efek-efek
yang timbul oleh penggunaan lensa tertentu, seperti menggunakan lensa
sudut lebar, mata ikan, tele, dan sebagainya karena umumnya kamera
berada sejajar dengan subjek.
Pandangan burung (bird eye viewing); bidikan dari atas,
efek yang tampak subjek terlihat rendah, pendek dan kecil. Kesannya
seperti ‘kecil’/hina terhadap subjek. Manfaatnya seperti untuk
menyajikan suatu lokasi atau landscap.
Low angle camera; pemotretan dilakukan dari bawah. Efek
yang timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis dapat
menurunkan kualitas gambar, bagi yang kreatif hal ini dimanfaatkan untuk
menimbulkan efek khusus. Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok
pribadi yang besar, tinggi, kokoh dan berwibawa, juga angkuh. Orang
pendek akan terlihat sedikit ‘normal’. Menggambarkan bagaimana anak-anak
memandang ‘dunia’ orang dewasa. Termasuk juga dalam jenis ini
pemotretan panggung, orang sedang berpidato di atas mimbar yang tinggi.
Frog eye viewing, pandangan sebatas mata katak. Pada posisi
ini kamera berada di bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak
diarahkan ke atas, tetapi mendatar dan dilakukan sambil tiarap. Angle
ini digunakan pada foto peperangan, fauna dan flora.
Waist level viewing, pemotretan sebatas pinggang. Arah lensa
disesuaikan dengan arah mata (tanpa harus mengintip dari jendela
pengamat). Sudut pengambilan seperti ini sering digunakan untuk
foto-foto candid (diam-diam, tidak diketahui subjek foto), tapi
pengambilan foto seperti ini adalah spekulatif.
High handheld position; pemotretan dengan cara mengangkat
kamera tinggi-tinggi dengan kedua tangan dan tanpa membidik. Ada juga
unsur spekulatifnya, tapi ada kiatnya yaitu dengan menggunakan lensa
sudut lebar (16 mm sampai 35 mm) dengan memposisikan gelang fokus pada
tak terhingga (mentok) dan kemudian memutarnya balik sedikit saja.
Pemotretan seperti ini sering dilakukan untuk memotret tempat keramaian
untuk menembus kerumunan.
Film
Film adalah media untuk merekam gambar yang terdiri dari lempengan
tipis dengan emulsi yang peka cahaya. Karena peka cahayalah yang membuat
film harus disimpan dalam kotak atau tabung yang tak terkena cahaya.
Film mempunyai ukuran 35mm dan 120mm atau disebut medium format.
Ada beberapa jenis film. Diantaranya:
NEGATIF FILM: Film negatif atau klise, adalah sebutan untuk
citra yang terbentuk pada film sesudah dipotretkan dan sesudah
dikembangkan, di mana bagian yang terlihat gelap pada gambar, pada objek
terlihat terang. Warna yang timbul berlawanan karena bagian terang dari
objek memantulkan banyak cahaya ke film dan menghasilkan area gelap.
X-RAY FILM: Film sinar-x. Film ini dibuat kontras dan
dibungkus dengan kertas timah. Karena sinar x dapat menembus benda-benda
padat seprti kulit, tekstil, dan lain-lain, maka dalam pemotretan akan
tampak bayangan-bayangan yang mengganggu. Film ini biasa digunakan dalam
bidang kedokteran dan pengobatan.
POLAROID FILM: Polaroid film adalah film yang digunakan
untuk menghasilkan foto dalam waktu singkat tetapi tidak mempunyai
negatif. Dahulu banyak fotografer professional yang menggunakan kamera
ini namun semakin hari kamera dan film jenis ini sudah ditinggalkan.
Hanya sebagian fotografer yang masih memakainya. Film Polaroid ditemukan
oleh dr Land.
ORTHOCHROMATIC FILM: Film yang sensitif terhadap warna biru dan hijau tapi tidak pada merah.
MEDIUM FILM: Film dengan kecepatan sedang (ISO 100, 200).
Kelompok film yang paling popular dan banyak diminati pemotret. Ideal
untuk pemotretan dalam cuaca yang terang/cerah.
Iso
Iso adalah standard untuk kategori film yang digunakan yang
mengindikasikan besar kepekaan film terhadap cahaya. Semakin kecil angka
iso, semakin rendah kepekaannya terhadap cahaya. Kepekaan cahaya ini
sangat menjadi prioritas dalam pemotretan. Biasanya bila kita ingin
memotret pada suasana cahaya yang terang maka, kita dianjurkan memakai
film dengan Iso 100 atau film dengan kecepatan rendah. Ukuran Iso pada
film ada berbagai jenis ukuran: 25-50-100-200-400-600-800 dan 1600.
Filter
Penyaring dalam bentuk kaca yang tembus cahaya yang mempunyai
ketebalan rata . Filter biasanya dipasang di ujung depan lensa. Ada
beberapa jenis filter, diantaranya:
POL COLOR FILTER: Filter yang terdiri dari selembar
polarisator kelabu dan polarisator warna, terdapat berbagai kombinasi
warna sehingga dapat digunakan untuk efek-efek tertentu.
POL COLOR FILTER: Filter yang terdiri dari selembar
polarisator kelabu dan polarisator warna, terdapat berbagai kombinasi
warna sehingga dapat digunakan untuk efek-efek tertentu.
POL CONVERSION FILTER: Filter terdiri dari selembar
polarisator dengan filter konversi warna (85B). Biasanya juga digunakan
untuk jenis kamera kine, sehingga memungkinkan film tungsten digunakan
untuk cerah hari dan mempunyai efek seperti filter polarisasi.
POL FIDER FILTER: Filter yang terdiri dari dua filter PL
linier yang digabung menjadi satu. Jumlah filter yang masuk dapat diatur
dengan memutar gelang filter.
POLARIZING CIRCULAR FILTER: Filter yang dibuat dari lembaran
polarisator linier dan keeping quarter wave retardation, dilapi di
antara dua gelang filter. Efeknya sama dengan filter polarisasi,
biasanya digunakan untuk kamera kine.
POLARIZING FILTER: Filter polarisasi, dipakai untuk
menghilangkan refleksi dari segala permukaan yang mengkilap. Filter ini
terdiri dari dua bagian, bagian yang satu dengan lain dapat
diputar-putar untukmendapatkan sudut paling ideal menghilangkan
refleksi, menambah saturasi warna dan menembus kabut atmosfer. Juga
berguna untuk membirukan langit.
ND FILTER: Filter ND. Filter ini berfungsi untuk menurunkan
kekuatan sinar 2 kali sampai 8 kali. Filter ini bernada abu-abu muda
atau sedang dan tidak mengubah warna gambar.
NEBULA FILTER: Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang berpelangi.
So… mari belajar tiada henti untuk menghasilkan foto gambar yang sangat menarik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar