Sebuah
film terbentuk dari beberapa shot. Tiap shot membutuhkan penempatan
kamera pada posisi yang paling baik bagi pandangan mata penonton, bagi
tata set dan action pada suatu saat tertentu dalam perjalanan cerita.
Menempatkan kamera pada suatu posisi – menentukan angle kamera – di
pengaruhi oleh sejumlah faktor pemecahan-pemecahan sekian banyak
problema dalam memilih angle kamera, mungkin bisa dicapai melalui suatu
analisa yang mendalam dari tuntutan cerita. Melalui pengalaman,
keputusan penentuan angle demikian itu dapat dibuat hampir hanya secara
intuitif saja. Angle kamera menentukan sudut pandang penonton serta wilayah yang bisa diliput pada suatu shot. Tiap kali kamera akan dipindahkan ke “set up” yang baru , dua pertanyaan harus dijawab :
- apa sudut pandang terbaik untuk memfilmkan adegan atau kejadian ini?
- berapa banyak wilayah harus disertakan ke dalam shot ini?
Pemilihan angle kamera yang seksama akan bisa mempertinggi visualisasi deramatik dari cerita.
Pemilihan
sudut pandang kamera secara serabutan bisa merusak atau
membingungkan penonton dengan pelukisan adegan sedemikian rupa hingga
maknanya sulit difahami. Sebab itu, memilih angle kamera merupakan
faktor yang amat penting dalam membangun sebuah gambar dari interes
yang berkesenambungan.
Banyak skenario film cerita yang sudah didisain orang macam
dari shot yang dibutuhkan untuk tiap adegan sepanjang sequence.
Beberapa studio menyukai skenario “master scene” dimana semua action
dan dialog sudah diuraikan lengkap, tetapi tidak disertakan penempatan
angle kamera. Menghadapi kedua macam skenario di atas itu , hak
menentukan pemilihan angle kamera berada pada sutradara sesuai dengan
penafsirannya atas skenario. Karena juru kamera yang menentukan posisi
kamera, maka dia jugalah yang biasanya menentukan kata putus terakhir
mengenai titik pandang dan wilayahnya, berdasarkan keinginan sutradara.
Pendekatan sutradara beraneka ragam dalam menghadapi soal angle
kamera;banyak yang menyerahkan keputusannya kepada juru kamera setelah
ia menyampaikan keinginannya. Adapula yang lebih berorentasi pada
kamera dan berkerjasama erat dengan juru kamera hingga tiba pada
penempatan kamera yang tepat tiap shot-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar