Selasa, 29 November 2011

ANGEL KAMERA

Sebuah film terbentuk dari beberapa shot. Tiap shot membutuhkan penempatan kamera pada posisi yang paling baik bagi pandangan mata penonton, bagi tata set dan action pada suatu saat tertentu dalam perjalanan cerita. Menempatkan kamera pada suatu posisi – menentukan angle kamera – di pengaruhi oleh sejumlah faktor pemecahan-pemecahan sekian banyak problema dalam memilih angle kamera, mungkin bisa dicapai melalui suatu analisa yang mendalam dari tuntutan cerita. Melalui pengalaman, keputusan penentuan angle demikian itu dapat dibuat hampir hanya secara intuitif saja. Angle kamera menentukan sudut pandang penonton serta wilayah yang bisa diliput pada suatu shot. Tiap kali kamera akan dipindahkan ke “set up” yang baru , dua pertanyaan harus dijawab :
  1. apa sudut pandang terbaik untuk memfilmkan adegan atau kejadian ini?
  2. berapa banyak wilayah harus disertakan ke dalam shot ini?
Pemilihan angle kamera yang seksama akan bisa mempertinggi visualisasi deramatik dari cerita.
Pemilihan sudut pandang kamera secara serabutan bisa merusak atau membingungkan penonton dengan pelukisan adegan sedemikian rupa hingga maknanya sulit difahami. Sebab itu, memilih angle kamera merupakan faktor yang amat penting dalam membangun sebuah gambar dari interes yang berkesenambungan.
Banyak skenario film cerita yang sudah didisain orang macam dari shot yang dibutuhkan untuk tiap adegan sepanjang sequence. Beberapa studio menyukai skenario “master scene” dimana semua action dan dialog sudah diuraikan lengkap, tetapi tidak disertakan penempatan angle kamera. Menghadapi kedua macam skenario di atas itu , hak menentukan pemilihan angle kamera berada pada sutradara sesuai dengan penafsirannya atas skenario. Karena juru kamera yang menentukan posisi kamera, maka dia jugalah yang biasanya menentukan kata putus terakhir mengenai titik pandang dan wilayahnya, berdasarkan keinginan sutradara. Pendekatan sutradara beraneka ragam dalam menghadapi soal angle kamera;banyak yang menyerahkan keputusannya kepada juru kamera setelah ia menyampaikan keinginannya. Adapula yang lebih berorentasi pada kamera dan berkerjasama erat dengan juru kamera hingga tiba pada penempatan kamera yang tepat tiap shot-nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar