Kamis, 16 Februari 2012

EOS 550D VS NIKON D3100


Sejatinya harga DSLR pemula itu trennya terus turun namun di sisi lain setiap ada produk baru yang muncul selalu dituntut adanya peningkatan fitur.  Padahal tidak semua dari kita perlu ada peningkatan fitur apalagi kalau harus dibayar dengan kenaikan harga kamera generasi baru. Canon EOS 550D sebagai produk terbaru dari DSLR pemula Canon, lalu disusul Nikon D3100 adalah contoh nyata dilema yang terjadi saat ini. Keduanya sementara ini dijual di kisaran 6,5 jutaan, sudah terlalu mahal untuk ukuran kamera pemula yang secara psikologis semestinya ada di angka 4 jutaan. Lalu pantaskah kedua produk anyar ini saya ulas? Nyatanya, kedua kamera ini merupakan kamera terpoluler yang banyak mengundang rasa ingin tahu (dan ingin memiliki) kebanyakan fotografer pemula, mahasiswa hingga para peminat gadget.
Canon dan Nikon menerapkan strategi berbeda pada produk mereka. Canon yang rajin membuat produk baru, begitu tertib dalam membuat DSLR pemula sejak EOS 300D, lalu berturut-turut muncul penerusnya yaitu 350D, 400D, 450D, 500D hingga kini 550D. Dalam waktu dekat saya yakin akan hadir 600D, 650D dst. Sementara Nikon cukup lama dalam membuat siklus produk DSLR pemula, sejak D40, D60, D3000 hingga kini D3100. Canon memilih untuk terus menaikkan resolusi sensor tiap membuat produk baru, hingga puncaknya EOS 550D yang memakai sensor APS-C dengan resolusi 18 megapiksel. Selain sensor, tidak banyak perubahan berarti antara kamera baru Canon dengan produk sebelumnya. Sedangkan Nikon yang juga awalnya sukses dengan D40 tidak banyak merubah spesifikasi para penerusnya kecuali hanya menambah resolusi menjadi 10 MP pada D60 dan memberi 11 titik AF pada D3000. Perubahan mengejutkan justru dilakukan Nikon saat membuat D3100 dimana inilah kali pertama Nikon memberi fitur full HD movie yang bisa auto fokus di kamera DSLR pemula. Sensor pun dirubah memakai CMOS beresolusi 14 MP yang bahkan lebih tinggi daripada D90/D300 yang ‘hanya’ 12 MP.
Saat ini banyak pihak yang ingin tahu lebih banyak soal pilihan mana yang lebih baik antara Canon 550D dan Nikon D3100. Sebenarnya dengan dana 6,5 jutaan pilihan kamera pemula tidak terbatas pada kedua tipe ini semata, misalnya ada juga Pentax K-r dan Sony A33 yang sama bagusnya. Tapi memang koleksi lensa Canon dan Nikon kita tahu begitu lengkap sehingga sementara ini sistem kamera Canon dan Nikon masih belum tergoyahkan. Saya coba ulas plus minus keduanya untuk anda :

Canon EOS 550D

EOS 550D cocok untuk anda yang mencari kamera terjangkau dengan sensor beresolusi tertinggi yang pernah ada untuk keping APS-C. EOS 550D juga memanjakan mata dengan layarnya yang luar biasa tajam dengan 1 juta piksel dengan aspek rasio 3:2. Kalau anda suka kamera yang bisa merekam video HD, EOS 550D ini juga sudah mendukung resolusi 1080p dengan 30 fps (lebih baik dari EOS 500D yang hanya bisa 20 fps pada HD 1080p).
Kelebihan EOS 550D dibanding Nikon D3100 diantaranya :
  • resolusi sensor lebih tinggi (18MP vs 14 MP)
  • RAW 14 bit (Nikon memakai 12 bit)
  • layar tajam dan resolusi tinggi
  • muncul histogram saat live view
  • burst sedikit lebih cepat (3.7 fps vs 3 fps)
  • dukungan semua lensa Canon EF dan EF-S (bisa autofokus)
  • tersedia aksesori resmi untuk battery grip

Nikon D3100

Hadir menyempurnakan D3000 yang dianggap kurang sukses, Nikon membuat kejutan dengan merubah sensor CCD 10 MP di D60/D3000 menjadi CMOS 14 MP pada D3100. Selain itu, Nikon juga menyediakan fitur live-view dan HD movie 1080p 24 fps yang bisa auto fokus saat merekam video. Namun sayangnya Nikon entah mengapa masih belum menyediakan fitur dasar berupa exposure bracketing di D3100. Selain itu D3100 juga tidak menyediakan motor AF sehingga lensa Nikon lama (non AF-S) tidak bisa auto fokus. Tapi apapun itu, D3100 dianggap sebagai DSLR pemula terbaik yang pernah dibuat oleh Nikon.
Kelebihan D3100 dibanding 550D diantaranya :
  • titik AF yang lebih banyak (11 titik vs 9 titik)
  • ada fitur 3D tracking AF
  • kemampuan auto fokus saat merekam video
  • ergonomi yang lebih baik
  • GUIDE mode untuk membantu pemula
  • ada tuas khusus untuk berganti mode cepat (continuous shooting, self timer dsb)
Bila anda masih merasa bingung dalam memilih, rasanya cukup wajar mengingat keduanya memang sudah sangat baik untuk ukuran pemula. Apalagi spesifikasi keduanya hampir sama, seperti :
  • sama-sama bisa merekam HD video 1080p
  • sama-sama memakai sensor CMOS ukuran APS-C
  • kemampuan ISO yang sama (max ISO 6400 bahkan bisa ISO 12800)
  • viewfinder yang sama (pentamirror, 95% coverage)
  • kemampuan shutter yang sama (max. 1/4000 detik)
  • flash sync yang sama (1/200 detik), daya sama (GN13)
  • sama-sama punya fitur peningkat dynamic range
Sedikit saran dari saya, kita tidak perlu terjebak oleh angka dalam spesifikasi. Resolusi 18 MP misalnya, dalam kenyataan di lapangan tidak banyak memberi perbedaan signifikan bila dibanding sensor 14 MP. Demikian juga dengan burst 3,7 fps dibanding 3 fps misalnya. Untuk memilih dengan yakin, akan lebih baik bila anda memikirkan rencana sistem kamera ke depan (lensa, lampu kilat, aksesori lainnya) dan juga luangkan waktu mendownload sampel foto dari situs review luar negeri. Jadi semestinya anda tak perlu bimbang dalam memilih, lagipula apapun kameranya asal digunakan dengan tepat dan mengerti keterbatasannya, maka kita bisa menghasilkan foto dan video yang indah.
Update : per Februari 2011, EOS 550 sudah digantikan oleh EOS 600D dengan spesifikasi sama, namun memakai layar lipat. Harga perkenalan EOS 600D adalah sekitar 8 jutaan, sangat tinggi untuk sebuah DSLR pemula. Di saat yang bersamaan, harga Nikon D3100 terus turun hingga berada di kisaran 6 jutaan. Maka itu artikel ini sudah kurang relevan lagi. Dalam waktu dekat saya akan membuat artikel yang lebih apple-to-apple yaitu antara Nikon D3100 dan EOS 1100D (harga keduanya sama)sudah saya buat disini dan EOS 600D dengan sang penerus Nikon D5000 (bila benar nanti akan diproduksi). Untuk itu kolom komentar di artikel ini dengan resmi saya tutup.

CANON C300


Spesifikasi dan Harga Canon EOS C300 - C300 body only tersedia dengan kisaran harga Rp 179 juta. Sedangkan harga lensanya bervariasi tergantung tipe.C300 merupakan kamera pertama di kelas Cinema EOS. Selain kameranya, Canon juga memperkenalkan 7 lensa kelas sinema.

C300 tersedia dalam dua varian, yaitu dengan dudukan lensa tipe EF dan PL. Tipe EF akan tersedia di Indonesia mulai Februari atau Maret 2012, sedangkan PL pada April atau Mei 2012.

Kamera Digital SLR Canon bukan barang asing bagi sinematografer Hollywood. EOS 5D Mark II, misalnya, dipakai dalam produksi film Captain America.

Minat yang besar para sineas membuat Canon mengembangkan produk DSLR berkelas sinematografi. Produk bernama Canon EOS C300 itu merupakan produk pertama dari kelas Cinema EOS.

"Kami mendatangi sineas Hollywood, menanyakan apa yang mereka harapkan dari sebuah kamera. Hasilnya kami gunakan untuk pengembangan Cinema EOS," kata Johnny NG, Professional Video Products, Canon Singapura, dalam event di XXI, Epicentrum, Kuningan, Senin (9/1/2011).

kualitas C300 layak untuk pengambilan film. Dalam hal tertentu, tuturnya, gambar yang dihasilkan bahkan bisa dibandingkan dengan kamera kelas atas seperti Epic RED.

Selasa, 14 Februari 2012


Deskripsi

Hal ini menawarkan diskon dari Canon Camcorder XF100 Profesional dengan lensa HD Video 10x, Compact Flash (CF) Rekaman dibawa ke anda oleh Beli VoOpra, Jual Rahasia USA. Daftar ini memberikan spesifikasi produk, rincian dan terbaik, terendah harga untuk membeli Canon Camcorder XF100 Profesional dengan lensa HD Video 10x, Compact Flash (CF) Perekaman online di Amerika Serikat. Untuk melihat harga terbaik dan terendah dari Camcorder Canon XF100 Profesional dengan Kompak flasho CFx, Compact Flash (CF) Rekaman di Amerika Serikat klik di sini untuk membeli secara online.
Fitur Camcorder Canon XF100 Profesional dengan lensa HD Video 10x, Kompak flash (CF) Rekaman
  • MPEG-2 4:dua:dua 50Mbps Codec (Canon XF Codec)
  • Rekam untuk cukup murah Kartu Compact Flash
  • 4:2:Sampling dua Mewarnai 60p/60i, 30p, 24p MXF File Format
  • Asli Canon 10x Hi-def video klip Lensa
Klik di sini untuk mengetahui harga terendah di Amerika Serikat Camcorder Canon XF100 Profesional dengan lensa HD Video 10x, Kompak flash (CF) Rekaman dari situs terbaik untuk membeli secara online.

Canon XF 300 dan XF 305: Dua Camcorder untuk Para Videografer Profesional


Canon menghadirkan dua camcorder profesional terbarunya, XF 300 dan XF 305 di Indonesia. Kedua camcorder ini diperuntukan bagi videografer profesional yang mengedepankan inovasi terkini. Pendatang baru di jajaran camcorder ini merupakan Roll-out camcorder professional pertama yang bisa merekam langsung ke kartu compact flash (CF).
Camcorder Canon XF 300 dan XF 305 mengadopsi MPEG-2 Full HD (4:2:2) file perekaman berbasis codec untuk menghasilkan video profesional dengan detail yang tajam pada resolusi 1920 x 1080p (Full HD). Dengan ditanamkannya tiga Native Canon Sensor CMOS, kedua camcorder ini diklaim dapat menghasilkan video digital dengan gradasi warna yang natural.
Menggabungkan video, audio dan metadata ke dalam satu file tunggal, Canon XF 300 dan XF 305 menggunakan MXF (Material Exchange Format) yang merupakan format terbuka. Format tersebut berguna untuk memaksimalkan kompatibilitas hasil video yang sudah ada dengan sistem editing non-linear. Format rekam Canon MPEG-2 Codec juga menghasilkan video digital berkualitas tinggi dengan bit rate hingga 50 Mbps. Khusus untuk Canon XF 305 sudah dilengkapi juga dengan fitur Terminal Output Genlock, Time Code dan HD/SD-SDI terminal, yang berfungsi untuk pembuatan video multi-kamera dan film 3D.
Kinerja Canon XF 300 dan XF 305 terasa semakin hebat karena dilengkapi dengan dual slot kartu swappable dan kartu UDMA CF yang memudahkan transfer file ke komputer/ laptop. Untuk mendukung pengadopsian dari Canon XF Codec, Canon bekerja sama dengan pengembang software komputer ternama seperti, Adobe, Apple, Avid dan Grass Valley. Hal ini untuk memastikan kekompakan antara camcorder dengan program perangkat lunak yang sering digunakan dalam produksi video dan industri penyiaran.
Camcorder Canon XF 300 dan XF 305 menggunakan lensa 4,1mm – 73,8mm yang setara dengan lensa 29,3mm – 527,4mm pada kamera berformat 35mm. Lensa ini memiliki rasio zoom hingga 18x yang dilengkapi dengan modus Manual Focus yang dapat diatur dengan mudah oleh pengguna. Pada dua camcordernya ini, Canon juga menggunakan HI-UD (High-index, Ultra Low Dispersion) dan Aspherical Lens yang berfungsi untuk meminimalisir noise sehingga memberikan warna yang tajam serta ukuran yang kompak. Lensanya juga terintegrasi dengan sistem SuperRange terbaru berupa Optical Image Stabilizer (OIS) dengan fitur Dynamic dan Powered Mode sehingga meningkatkan kinerja sensor dalam menghasilkan fokus yang lebih cepat.
02 XF 3001 Canon XF 300 dan XF 305: Dua Camcorder untuk Para Videografer Profesional
Canon XF 300

05 XF 305 Canon XF 300 dan XF 305: Dua Camcorder untuk Para Videografer Profesional
Canon XF 305
Keistimewaan lainnya dari dua camcorder profesional ini adalah penggunaan prosesor Digic III DV yang diklaim mampu menangkap warna-warni alami dengan akurat. Kekuatan inovatif dari prosesor DIGIC DV III ialah fitur teknologi Face Detection, dimana pengguna dapat menetapkan wajah utama dalam kelompok video dan secara otomatis fokus pada wajah utama itu, bahkan ketika subjek juga bergerak.
Keunggulan visual dari camcorder Canon XF 300 dan XF 305 disempurnakan dengan fleksibelitas suara yang ditawarkannya. Fitur mikrofon built-in serta dual XLR input yang dimilikinya sanggup menangkap sumber audio eksternal, sehingga kualitas suara yang dihasilkan akan terdengar jelas dan tajam. Canon XF 300 dan XF 305 juga mendukung Audio PCM 16-bit pada 48 kHz dengan tingkat penyesuaian audio secara otomatis dan manual.
Kedua camcorder ini juga dirancang untuk kenyaman dan fleksibilitas maksimum. Desain Canon XF 300 dan XF 305 memungkinkan pengguna mengambil video gambar secara mantap tanpa harus menahan rasa lelah pada lengan. Keduanya juga dilengkapi dengan monitor LCD 4 inch beresolusi 1,23 juta dots yang bisa berputar dan dapat diposisikan kemana saja, baik ke sisi kanan atau kiri tubuh camcorder agar semakin mempermudah melihat video yang diambil bahkan pada posisi pengambilan video yang paling sulit sekalipun.
Monitor LCD kedua camcorder anyar ini pun menyediakan tampilan Built-in Waveform Memory dan Vectorscope untuk membantu mencapai tingkat eksposur dan warna yang akurat saat pengambilan video. Tidak hanya itu, LCD juga dapat menunjukan monitor fokus dan memperbesar gambar, memungkinkan pengguna untuk mengonfirmasikan objek dalam format HD. Dilengkapi elektronik viewfinder 1,55 megapixel, kamera video profesional ini memberikan resolusi tertinggi di kelasnya untuk critical focus dan cakupan 100 persen pada tampilannya.
Hadir melalui PT Datascrip sebagai distributor tunggal produk Canon di Indonesia, Canon XF 300 dibandrol dengan harga Rp 79.650.000. Sedangkan Canon XF 305 dipasarkan dengan harga Rp 90.810.000.
04 XF 3002 Canon XF 300 dan XF 305: Dua Camcorder untuk Para Videografer Profesional
Canon XF 300

07 XF 305 Canon XF 300 dan XF 305: Dua Camcorder untuk Para Videografer Profesional
Canon XF 305

WELCOME


Welcome



ISTILAH DALAM BROADCAST


Audio Visual : Sebutan bagi perangkat yang menggunakkan unsur suara dan gambar.


Art Director : Sebutan bagi pengarah seni artistik dari sebuah produksi.


Asisten Produser : Seseorang yang membantu produser dalam menjalankan tugasnya.


Audio Mixing : Proses penyatuan dan penyelarasan suara dari berbagai macam jenis dan bentuk suara.


Angle : Sudut pengambilan gambar.


Animator : Sebutan bagi seseorang yang beprofesi sebagai pembuat animasi.


Audio Effect : Efek suara.


Atmosfir /Ambience : Suara natural dari objek gambar.


Broadcasting : Proses pengiriman sinyal ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit, radio, televisi, komunikasi data pada jaringan dan lain sebagainya.


Broadcaster : Sebutan bagi seseorang yang bekerja dalam industri penyiaran.


Background : Latar belakang.


Blocking : Penempatan objek yang sesuai dengan kebutuhan gambar.


Bridging scene : Adegan perantara diantara adegan – adegan lainnya.


Back Light : Penempatan lampu dasar dari sudut belakang objek.


Rundown : Penentuan gambar yang sesuai dengan naskah atau urutan acara.


Bumper In : Penanda bahwa program acara TV dimulai kembali setelah iklan komersial.


Bumper Out : Penanda bahwa program acara TV akan berhenti sejenak karena iklan komersial.


Credit Title : Urutan nama tim produksi dan pendukung acara.


Chroma Key : Sebuah metode elektronis yang melakukan penggabungan antara gambar video yang satu dengan gambar video lainnya dimana dalam prosesnya digunakan teknik Key Colour yang dapat diubah sesuai kebutuhan foreground dan background.


Cutting on Beat : Teknik pemotongan gambar berdasar tempo.


Teaser : Sebutan bagi adegan atau gambar yang akan mengundang rasa ingin tahu penonton tentang kelanjutan acara, namun harus ditunda karena ada jeda iklan komersial.


Cut : Pemotongan gambar.


Cutting : Proses pemotongan gambar.


Camera Blocking : Penempatan posisi kamera yang sesuai dengan kebutuhan gambar.


Crazy Shot : Gambar yang direkam melalui kamera yang tidak beraturan.


Compotition : Komposisi.


Continuity : Kesinambungan.


Cross Blocking : Penempatan posisi objek secara silang sesuai dengan kebutuhan gambar.


Crane : Katrol khusus untuk kamera dan penata kamera yang dapat bergerak keatas dan kebawah.


Clip On : Mikrofon khusus yang dipasang pada objek tanpa terlihat.


Casting : Proses pemilihan pemain lakon sesuai dengan karakter dan peran yang akan diberikan.


Desain Compugrafis : Rancangan grafis yang digambar melalui tekhnologi komputer.


Durasi : Waktu yang diberikan atau dijalankan.


Dissolve : Tekhnik penumpukan gambar pada editing maupun syuting multi kamera.


Depth of Field : Area dimana seluruh objek yang diterima oleh lensa dan kamera muncul dengan fokus yang tepat. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh jarak antara objek dan kamera, focal length dari lensa dan f-stop.


Dialogue : Percakapan yang muncul dalam adegan.


Dramatic Emotion : Emosi gambar secara dramatis.


Dubbing : pengisian suara / narasi .


Editing : Proses pemotongan gambar.


Ending Title : Urutan nama yang dicantumkan pada akhir movie.


Establish Shot : Gambar pengenalan yang natural dan wajar.


Focus : Penyelarasan gambar secara detail, tajam, dan jernih hingga mendekati objek aslinya.


Final Editing : Proses pemotongan gambar secara menyeluruh.


Floor Director : Seseorang yang bertanggung jawab membantu mengkomunikasikan keinginan sutradara, dari master kontrol ke studio produksi.


Filter Camera : Filter yang digunakan untuk kamera.


Footage : Gambar – gambar yang tersedia dan dapat digunakan.


Foreground : Latar depan.


Hunting Location : Proses pencarian dan penggunaan lokasi terbaik untuk syuting.


Headset : Digunakan untuk dapat mendengarkan suara sutradara.


Hand held : Tekhnik penggunaan kamera dengan tangan tanpa tripod.


Intercut : Gambar penghubung antar sequence satu ke yang lain.


Jumping Shot : Proses pengambilan gambar secara tidak berurutan.


Juncta Position : Kondisi dimana latar belakang menjadi satu dengan obyek dan sangat mengganggu.


Jimmy Jib : Katrol kamera otomatis yang digerakkan dengan remote.


Job Description : Deskripsi tentang jenis pekerjaan.


Jeda Komersial : Saat penayangan iklan komersial diantara acara televisi.


Job Title : Penamaan jabatan pada pekerjaan.


Kreator : Sebutan bagi seseorang yang menciptakan karya kreatif.


Lighting : Penataan cahaya.


Lighting Effect : Efek dari penataan cahaya.


Lensa Wide : Digunakan untuk memperbesar sudut pandang pengambilan gambar dari kamera.


Lensa Super Wide : Digunakan untuk sangat memperbesar sudut pandang pengambilan gambar dari kamera.


Master Control : Perangkat teknis utama penyiaran untuk mengontrol proses distribusi audio dan video dari berbagai input pada produksi untuk siaran live show maupun recorded.


Main Object : Target pada objek utama.


Monitor : Digunakan untuk memantau gambar.


Master Video : Video utama berisikan rekaman acara televisi yang siap untuk ditayangkan maupun disimpan.


Multi Camera : Sistem dari tata produksi audio visual yang syuting secara bersamaan dengan menggunakan sejumlah kamera.


Master Shot : Gambar pilihan utama dari sebuah adegan yang kemudian dijadikan referensi atau rujukan saat melakukan editing.


Noise : Gangguan pada sirkulasi signal audio maupun video yang mengganggu program acara.


News Director : Direktur pemberitaan yang bertanggung jawab atas seluruh isi pemberitaan yang disiarkan secara aktual berdasarkan fakta.


Off Line : Proses editing awal untuk memilih gambar terbaik dengan time code dari berbagai stock shot sesuai dengan kebutuhan adegan. Hasil dari gambar tersebut ditransformasikan dalam bentuk workprint dengan EDL (edit decision List).


On Line : Proses akhir editing untuk menyempurnakan, mempercantik dan memperindah gambar setelah melalui proses off line.


Opening Scene : Adegan yang dirancang khusus untuk membuka acara atau cerita. Biasanya adegan ini dikemas kreatif dan menarik untuk mendpatkan perhatian penonton.


Opening Shot : Komposisi sudut pengambilan gambar pada awal adegan atau acara yang dirancang khusus untuk menarik perhatian penonton.


OB Van : Outside Broadcasting Van, mobil khusus yang membawa perangkat tekhnis penyiaran audio dan video untuk memproduksi program diluar studio. Dapat juga digunakan untuk master control bagi siaran langsung.


Over Exposed : Kondisi dimana pencahayaan terlalu terang.


Property : Berbagai aksesori.


Program Directing : Penyutradaraan program televisi.


Programming : Tekhnik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara berurutan.


Pra produksi : Berbagai kegiatan persiapan sebelum pelaksanaan produksi dimulai.


Paska produksi : Proses penyelesaian akhir dari produksi.Biasanya istilah ini digunakan pada proses editing.


Produser : Pimpinan produksi yang bertanggung jawab kepada seluruh kegiatan pengkoordinasian pelaksanaan praproduksi, produksi sampai paskaproduksi.


Rating : Perhitungan secara statistikal untuk mengukur tingkat popularitas program acara televisi terhadap penonton.


Rundown : Susunan isi dan alur cerita dari program acara televisi yang dibatasi oleh durasi, jeda komersial, segmentasi, dan bahasa naskah.


Run Through : Latihan akhir bagi seluruh pendukung acara televisi yang disesuaikan dengan urutan acara sesuai dalam rundown.


Reportase : Sebuah laporan perjalanan atau liputan lapangan yang digunakan untuk mendukung data – data aktual dan faktual.


Retake : Pengulangan pengambilan adegan gambar.


Shot : Ambil Gambar.


Simply Shot : Gambar yang diambil dari sudut yang mudah.


Sequence : satu rangkaian gambar yang terdiri dari berbagai angle dan ukuran shot yang menggambarkan suatu kejadian


Stand By : Komando akhir yang menunjukkan bahwa seluruh komponen produksi telah siap untuk melaksanakan syuting.


Stock Shot : Berbagai bentuk gambar yang diciptakan untuk dijadikan pilihan pada saat gambar gambar tersebut memasuki proses editing.


Suspense : Istilah yang digunakan untuk menunjukkan adegan – adegan yang menegangkan dan mengundang rasa was was bagi penonton.


Sound : Penataan suara.


Sound Effect : Efek suara yang diciptakan atau digunakan untuk mendukung suasana dari adegan.


Steady Shot : Gambar sempurna dan tidak terlalu banyak bergerak, yang dapat dinikmati dengan posisi diam.


Switcher : Istilah populer bagi perangkat tekhnis untuk memindah-mindahkan pemilihan gambar dari berbagai stock shot maupun input kamera. Alat ini digunakan untuk syuting multi kamera.


Switcherman : Seseorang yang bertugas melaksanakan proses pemindahan gambar sesuai dengan komando sutradara.


Streaming : Proses pengiriman gambar via internet.


Studio : Lokasi khusus tempat pelaksanaan kerja produksi berlangsung. Dapat untuk melaksanakan syuting (shooting studio) maupun untuk editing (post production studio).


Sound Mixer : Mixer pengendali dari berbagai input suara yang dipilah melalui sejumlah jalur (track).


Slow Motion : Pergerakkan gambar yang diperlambat sesuai dengan kebutuhan alur cerita.


Technical Director : Pengarah / Direktur tehnik.


Teleprompter : piranti didepan kamera yang membantu presenter membaca naskah.


Take : Istilah yang digunakan untuk dan pada saat pengambilan gambar berlangsung. Dapat juga digunakan sebagai catatan pada naskah.


Two Shot : Istilah komando sutradara yang seringkali digunakan untuk mengarahkan kamera kepada dua objek yang dituju.


Three Shot : Istilah komando sutradara yang seringkali digunakan untuk mengarahkan kamera kepada tiga objek yang dituju.
Theme Song : Lagu khusus yang diciptakan atau dipakai sebagai pendukungikatan emosi dari program acara kepada penonton.


Up Link : Proses Pengiriman gambar via satelit.


Under Exposed : Kondisi dimana pencahayaan kurang / lemah cenderung gelap.


VTR : Video Tape Recording.


Voice Over (VO) : Suara dari announcer atau penyiar untuk mendukung isi cerita namun tidak tampak dilayar televisi.


Vision Mixer : Sebutan lain untuk istilah populer “switcher”.


Wireless Camera : Kamera yang menggunakan transmisi signal untuk mengirimkan hasil gambar tanpa menggunakan kabel.


White Balance : Prosedur untuk mengkoreksi warna gambar dari kamera dengan mengubah sensitivitas CCD ke dalam spektrum cahaya. Umumnya prosedur ini menggunakan cahaya putih sebagai dasar.


Wardrobe : Berbagai aksesori pendukung kostum bagi peran – peran tertentu.




Karena keterbatasan waktu penulis, masih banyak istilah yang belum sempat di tulis, harap maklum......